Visit & Explore Indonesia
Clock
Senin, 17 Januari 2011
Minggu, 09 Januari 2011
10 Taman Nasional Terindah Di Indonesia
1. Taman Nasional Pulau Komodo
Taman Nasional Komodo (TN. Komodo) merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya. Pulau-pulau tersebut merupakan habitat satwa komodo (Varanus komodoensis) yaitu reptil purba yang tersisa di bumi. Kondisi alamnya unik, terdapat padang savana yang luas dengan pohon lontarnya
2. Taman Nasional Bromo-Semeru
Taman Nasional Bromo-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian 2392 m dari permukaan laut. Apabila Anda berwisata ke Jawa Timur, sangat disayangkan jika tidak mengunjungi Kawasan Wisata Alam Taman Nasional Bromo " Semeru. Apalagi ditambah dengan kondisi udara yang masih segar, dingin dan alam pegunungan yang menawan.
3. Taman Nasional Gunung Rinjani
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan salah satu bagian dari hutan tropis yang terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari berbagai tipe ekosistem dan vegetasi. Potensi kawasan dapat dijadikan sumber plasma nutfah dan keindahan alam, yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian dan wisata alam.
4. Taman Nasional Raja Ampat
Kepulauan Raja Ampat yang terletak di bagian barat-laut Propinsi Papua memiliki luas areal daratan dan laut sekitar 9,8 juta acre. Melihat posisinya di kawasan segitiga terumbu karang, yang tepat pada pusat keragaman terumbu karang dunia, maka laut di Kepulauan Raja Ampat diindikasikan sebagai kawasan yang paling kaya keragaman hayatinya di dunia
5. Taman Nasional Lorentz
Taman Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik. Kawasan ini juga merupakan salah satu diantara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Membentang dari puncak gunung yang diselimuti salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan Laut Arafura.
6. Taman Nasional Kelimutu
Taman Nasional Kelimutu terletak di Flores, Indonesia. Taman nasional ini terdiri dari bukit-bukit dan gunung-gunung dengan Gunung Kelibara (1.731 m) sebagai puncak tertinggi. Gunung Kelimutu, terdapat danau Danau tiga warna yang juga merupakan tempat dari Taman Nasional Kelimutu.
7. Taman Laut Nasional Bunaken
Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan/pesisir.
8. Taman Nasional Kerinci Seblat
Taman Nasional Kerinci Seblat adalah taman nasional terbesar di Sumatra, Indonesia yang memiliki luas wilayah sebesar 13,750 km² dan membentang ke empat provinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Taman nasional ini juga memiliki beragam flora dan fauna. Sekitar 4.000 spesies tumbuhan tumbuh di wilayah taman nasional termasuk bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldi, dan bunga tertinggi di dunia, Titan Arum.
9. Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon terletak di bagian paling barat Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan Taman nasional ini juga memasukan wilayah Krakatau dan beberapa pulau kecil disekitarnya seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang. Taman Nasional ini menjadi Taman Nasional pertama yang diresmikan di Indonesia, dan juga sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1992, karena wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas
10. Taman Nasional Baluran
Afrikanya Indonesia, Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40 persen tipe vegetasi savana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran
http://flobamor.com
TAMAN NASIONAL DI INDONESIA
Pulau Sumatera (8 lokasi) |
Pulau Jawa (9 lokasi) | |
Pulau Bali dan Kepulauan di Nusa Tenggara (6 lokasi) | |
Pulau Bali (1 lokasi): | |
Pulau Lombok (1 lokasi): | |
Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar (1 lokasi): | |
Pulau Sumba (2 lokasi): |
|
| |
Pulau Flores (1 lokasi): | |
Pulau Kalimantan (6 lokasi)
|
Pulau Sulawesi (6 lokasi) |
Papua (Irian jaya) dan Maluku Maluku: Pulau Seram (1 lokasi): Papua (Irian Jaya): Pulau Papua (Irian) (3 lokasi): |
Kamis, 06 Januari 2011
Pesona Danau Kawah Tiga Warna
HIMPALAUNAS.COM, NTT - Gunung kelimutu adalah sebuah gunung yang menyimpan misteri sekaligus pesonanya. Gunung tersebut terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Puncaknya berketinggian 1.690 m dari atas permukaan laut, gunung itu memiliki keunikan karena ada tiga buah danau kawah berbeda warna.
Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring perjalanan waktu. Tak kurang sudah 12 kali perubahan warna terjadi dalam waktu 25 tahun terakhir ini.
Danau pertama dan kedua letaknya sangat berdekatan, sedangkan danau ketiga terletak menyendiri sekitar 1,5 km di bagian barat. Perubahan warna ini diduga akibat adanya pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, terjadinya zat kimiawi terlarut, dan akibat pantulan warna dinding dan dasar danau.
Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat. Danau atau Tiwu Kelimutu dibagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau.
Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa orang-orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.
Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.
Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh Van Such Telen, warga negara Belanda, tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat.
Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu. Bagi penggemar hiking dan menyukai keindahan alam di desa pegunungan tropis, berwisata ke tempat ini merupakan pilihan terbaik. Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.
Untuk mencapai Gunung Kelimutu yang pernah meletus di tahun 1886 ini, butuh “perjuangan” tersendiri. Dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur, butuh waktu sekitar 3 jam dengan mobil sewaan dengan kondisi jalan yang tidak terlalu bagus, berkelak-kelok, melintasi jurang dan tebing. Kita akan menemui kampung terdekat dengan kawah gunung Kelimutu yang bernama Kampung Moni.
Kampung ini terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende yang berjarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu. Dari Moni hanya dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai bibir Danau Kelimutu.
Selain dari Maumere, Kelimutu juga dapat dicapai dari Ende menggunakan bus antarkota ataupun kendaraan sewaan, dengan harga dan waktu perjalanan yang relatif tidak jauh berbeda. Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Kelimutu terletak sekitar 66 kilometer dari Kota Ende dan 83 kilometer dari Kota Maumere.
Di kampung Moni banyak dijajakan kain tenun Lio yang menjadi salah satu produk khas lokal disana dan dijual oleh penduduk setempat kepada para wisatawan. Di Kampung Moni pula terdapat penginapan yang bisa dipakai oleh wisatawan untuk menginap atau beristirahat.
Terdapat sekitar 20 homestay yang dikelola penduduk dengan tarif Rp 25.000- Rp 50.000 per malam (USD 2,8-5,5) sedangkan cottage milik pemerintah bertarif Rp 75.000-Rp 85.000. per malam (USD 8,3-9,3). Edelweis, Pinus dan Cemara adalah sejumlah tumbuhan yang dapat kita temui saat memasuki kawasan Kelimutu.
Hmmmm...dijamin terbawa mimpi, bila tidak menilahat dan menikamati sendiri pesona keeksoisan danau kawah tiga warna ini. (berbagai sumber/dns)
Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring perjalanan waktu. Tak kurang sudah 12 kali perubahan warna terjadi dalam waktu 25 tahun terakhir ini.
Danau pertama dan kedua letaknya sangat berdekatan, sedangkan danau ketiga terletak menyendiri sekitar 1,5 km di bagian barat. Perubahan warna ini diduga akibat adanya pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, terjadinya zat kimiawi terlarut, dan akibat pantulan warna dinding dan dasar danau.
Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat. Danau atau Tiwu Kelimutu dibagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau.
Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa orang-orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.
Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.
Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh Van Such Telen, warga negara Belanda, tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat.
Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu. Bagi penggemar hiking dan menyukai keindahan alam di desa pegunungan tropis, berwisata ke tempat ini merupakan pilihan terbaik. Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.
Untuk mencapai Gunung Kelimutu yang pernah meletus di tahun 1886 ini, butuh “perjuangan” tersendiri. Dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur, butuh waktu sekitar 3 jam dengan mobil sewaan dengan kondisi jalan yang tidak terlalu bagus, berkelak-kelok, melintasi jurang dan tebing. Kita akan menemui kampung terdekat dengan kawah gunung Kelimutu yang bernama Kampung Moni.
Kampung ini terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende yang berjarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu. Dari Moni hanya dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai bibir Danau Kelimutu.
Selain dari Maumere, Kelimutu juga dapat dicapai dari Ende menggunakan bus antarkota ataupun kendaraan sewaan, dengan harga dan waktu perjalanan yang relatif tidak jauh berbeda. Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Kelimutu terletak sekitar 66 kilometer dari Kota Ende dan 83 kilometer dari Kota Maumere.
Di kampung Moni banyak dijajakan kain tenun Lio yang menjadi salah satu produk khas lokal disana dan dijual oleh penduduk setempat kepada para wisatawan. Di Kampung Moni pula terdapat penginapan yang bisa dipakai oleh wisatawan untuk menginap atau beristirahat.
Terdapat sekitar 20 homestay yang dikelola penduduk dengan tarif Rp 25.000- Rp 50.000 per malam (USD 2,8-5,5) sedangkan cottage milik pemerintah bertarif Rp 75.000-Rp 85.000. per malam (USD 8,3-9,3). Edelweis, Pinus dan Cemara adalah sejumlah tumbuhan yang dapat kita temui saat memasuki kawasan Kelimutu.
Hmmmm...dijamin terbawa mimpi, bila tidak menilahat dan menikamati sendiri pesona keeksoisan danau kawah tiga warna ini. (berbagai sumber/dns)
Mengintip Habitat Burung Garuda, di Desa Cibulao Puncak
Dari luasnya kebun teh hingga dua telaga yang menyimpan kemistisannya tersendiri. Salah satunya adalah Desa Cibulao. Desa ini terletak di kawasan perkebunan teh yang berbatasan
langsung dengan cagar alam, Telaga Warna, Puncak, Jawa Barat.
Seperti yang diungkapkan Hamdani seorang mahaiswa Fakultas Biologi Universitas Nasional (UNAS) bahwa lokasi ini, merupakan habitat terdapat burung Garuda, burung yang menjadi simbol negara Indonesia kini kian terancam punah. Garuda itu adalah Elang Jawa, burung elang yang bernama latin Spizaetus Bartelzi.
"Elang Jawa memang amat identik dengan Garuda karena memiliki jambul dikepalanya, sehingga gambaran Garuda amat dekat dengannya, " ujar Hamdani (23). .
"Kalau mau lihat Elang Jawa sedang kasmaran pun bisa saja dilihat disini yang penting sabar aja nunggunya, " katanya, Kepada HIMPALAUNAS.COM, di desa Cibulao, Minggu (17/10)
"Tempat ini sangat menarik untuk dijadikan tujuan pendidikan dan sarana pengenalan lingkungan, kami mahasiswa Biologi suka melakukan penelitian di tempat ini, khususnya penngamatan Elang Jawa ." jelasnya.
"Selain itu juga tempatnya asyik, nyaman, fasilitasnya juga lengkap, seperti tanah lapang dan air yang melimpah, juga terdapat penginapan disana dan yang terpenting dekat dengan Jakarta." terangnya.
Mengenai biaya administrasinya pengunjung tidak usah khawatir, harga tiket masuknya terjangkau. untuk masuk kedalam kawasan perkebunan dikenakan biaya masuk Rp 2000, untuk menginap di tempat perkemahan pengunjung dikenakan biaya Rp 1000. Sedangkan untuk penginapan pemilik tidak mematok harga, itu tergantung dari negosisasi calon pengunjung.
Penasaran dengan burung Garuda atau Elang Jawa ?, jadikan tempat ini sebagai tujuan utama anda dalam mengisi liburan yang bermanfaat.(eco/has)
langsung dengan cagar alam, Telaga Warna, Puncak, Jawa Barat.
Seperti yang diungkapkan Hamdani seorang mahaiswa Fakultas Biologi Universitas Nasional (UNAS) bahwa lokasi ini, merupakan habitat terdapat burung Garuda, burung yang menjadi simbol negara Indonesia kini kian terancam punah. Garuda itu adalah Elang Jawa, burung elang yang bernama latin Spizaetus Bartelzi.
"Elang Jawa memang amat identik dengan Garuda karena memiliki jambul dikepalanya, sehingga gambaran Garuda amat dekat dengannya, " ujar Hamdani (23). .
"Kalau mau lihat Elang Jawa sedang kasmaran pun bisa saja dilihat disini yang penting sabar aja nunggunya, " katanya, Kepada HIMPALAUNAS.COM, di desa Cibulao, Minggu (17/10)
"Tempat ini sangat menarik untuk dijadikan tujuan pendidikan dan sarana pengenalan lingkungan, kami mahasiswa Biologi suka melakukan penelitian di tempat ini, khususnya penngamatan Elang Jawa ." jelasnya.
"Selain itu juga tempatnya asyik, nyaman, fasilitasnya juga lengkap, seperti tanah lapang dan air yang melimpah, juga terdapat penginapan disana dan yang terpenting dekat dengan Jakarta." terangnya.
Mengenai biaya administrasinya pengunjung tidak usah khawatir, harga tiket masuknya terjangkau. untuk masuk kedalam kawasan perkebunan dikenakan biaya masuk Rp 2000, untuk menginap di tempat perkemahan pengunjung dikenakan biaya Rp 1000. Sedangkan untuk penginapan pemilik tidak mematok harga, itu tergantung dari negosisasi calon pengunjung.
Penasaran dengan burung Garuda atau Elang Jawa ?, jadikan tempat ini sebagai tujuan utama anda dalam mengisi liburan yang bermanfaat.(eco/has)
Sabtu, 18 Desember 2010
Tempat Wisata di Kabupaten Banyuwangi - Jawa Timur
Kabupaten Banyuwangi menyimpan keindahan alam yang luar biasa. Tidak salah apabila anda ingin liburan atau jalan-jalan, menjadikan Kabupaten Banyuwangi sebegai pilihan wisata Anda. Hal ini karena banyak sekali tempat wisata khususnya panorama alam yang siap Anda jelajahi.
Beberapa tempat rekerasi Banyuwangi paling banyak dikunjungi ialah: Kawah Ijen, Watu Dodol, Pantai Sukamade (melihat penyu bertelur),
Taman Nasional Alas Purwo, Pantai Rajegwesi, pantai Plengkung dan lain-lain. Memang dibutuhkan waktu agak lama untuk bisa menikmati aneka wisata Banyuwangi ini dikarenakan tempatnya yang berjauhan. Tetapi setelah Anda sampai di tujuan wisata tersebut, bisa dipastikan mata dan hati Anda akan terpuaskan oleh eloknya panorama ciptaan Sang Maha Pencipta.
Terhampar di wilayah seluas 5.800 km persegi, Banyuwangi memiliki topografi yang lumayan komplit -mulai dari dataran rendah hingga pegunungan- untuk ditanami berbagai tanaman industri. Tidak hanya tanahnya yang subur, Kabupaten Banyuwangi juga memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor pariwisata. Selain "segi tiga berlian" Kawah Ijen, Pantai Plengkung,
dan Pantai Sukamade,
di Banyuwangi terhampar banyak lokasi wisata yang sanggup menjadi “magnet” para pelancong.
Buku "Informasi Pariwisata Nusantara" terbitan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2005 menyebutkan di Kota Banyuwangi sendiri terdapat Museum Blambangan
, tepat di depan alun-alun di Jalan Sritanjung, yang memamerkan koleksi barang-barang perkakas berusia ratusan tahun yang terbuat dari gerabah atau perunggu serta bermacam kitab kuno.
Bagi wisatawan yang berminat menikmati suasana perkebunan, alternatif pilihan demikian beragam di Banyuwangi. Ada Kebun Kandeng Lembu di Kalibaru, perkebunan di Kecamatan Glenmore, Kaliklatak di lereng Gunung Merapi, Kalibendo dan objek agrowisata di Kaliselogiri.
Perkebunan di Kaliklatak adalah perintis wisata agro di Tanah Air. Terletak di lereng Gunung Merapi, atau 15 km barat kota Banyuwangi, objek wisata perkebunan ini memiliki luas sekitar 100 ha dan dikelola oleh perusahaan swasta. Komoditas utama dari kawasan Kaliklatak antara lain berupa kopi, coklat, karet, cengkeh, dan rempah-rempah.
Hal yang unik dari Banyuwangi adalah terdapatnya tiga taman nasional yang berfungsi aktif sebagai wahana konservasi flora dan fauna, yakni Taman Nasional Alas Purwo(TNAP), Taman Nasional Meru Betiri(TNMB) dan Taman Nasional Baluran.
Taman Nasional Baluran letaknya sangat strategis, berada di tepi jalan utama Surabaya-Banyuwangi. Mudah dijangkau, baik dari Pulau Bali maupun Surabaya. Ketika menginjakkan kaki di Taman Nasional Baluran, sambutan pertama yang akan menyapa para pengunjung adalah sekawanan monyet berekor panjang yang menghuni kawasan seluas 25 ribu ha itu.
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40% tipe vegetasi savana mendominasi kawasan taman nasional ini.
Di Padang Rumput Bekol, pengunjung dapat menikmati pemandangan sekelompok banteng dan rusa dengan latar belakang Gunung Baluran (1.247m). Sebagian orang bahkan menyebut Padang Rumput Bekol sebagai miniatur padang rumput Afrika yang sangat terkenal itu.
Objek wisata air mancur juga ada di Banyuwangi. Air mancur alami yang mengucur di dekat pantai terletak di kawasan Pancur yang masih berada di Taman Nasional Alas Purwo sangat tepat untuk berteduh dan bersantai sembari menikmati suara deburan ombak serta melihat binatang liar dari hutan.
Pada Taman Nasional Alas Purwo terdapat beberapa gua yang digunakan sebagai tempat untuk bermeditasi oleh kalangan supranatural. Gua sakral seperti Gua Istana dan Sendang Srengenge berada sekitar 2 km saja dari Pancur. Sementara tak jauh dari Pancur, terdapat karang hitam (karang mati) yang lebih dikenal dengan sebutan Karang Ireng, lengkap dengan pantai berpasir gotrinya.
Gua-gua lain yang kerap dijadikan tempat bersemedi para lelono, sebutan bagi orang yang bermeditasi di sana, adalah Gua Padepokan
dan Gua Putri
.
Perjalanan menuju gua-gua itu sangat mengesankan karena wisatawan berjalan di bawah rimbunnya Hutan Alas Purwo, bahkan tak jarang mereka juga terpaksa melintasi sungai kecil serta merangkak di bawah rumpun bambu yang tumbang.
Di Taman Nasional Alas Purwo juga ada sebuah pura peninggalan sejarah, yang hingga kini masih dipakai oleh umat Hindu di Banyuwangi untuk upacara keagamaan Pagerwesi setiap 210 hari sekali.
Memandangi tingkah polah satwa-satwa yang sedang merumput juga bisa dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo.
Tepatnya di pos Sadengan, padang penggembalaan seluas 80 ha siap menjadi lokasi banteng, kijang, rusa, babi hutan, dan berbagai jenis burung bersantap pada pagi dan sore hari.
Berjarak 20 km dari Kota Banyuwangi, ada Pulau Tabuhan
yang luasnya 5 ha dan memiliki pemandangan taman laut yang indah dengan batu karang yang menjadi rumah bagi ribuan ikan karang, udang, dan tumbuhan laut lainnya.
Di dekat Desa Ketapang, Kecamatan Giri, hamparan pasir putih Pantai Watu Dodol
begitu indahnya bahkan pengunjung bisa melihat Pulau Bali yang hanya dipisahkan oleh Selat Bali dari Banyuwangi.
(*/cax - disunting dari: kapanlagi.com)
Jika Ingin Wisata ke Banyuwangi,Hubungi untuk pemesanan paket wisata: 081.333.284.361 (email/ym: faishalnr@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Beberapa tempat rekerasi Banyuwangi paling banyak dikunjungi ialah: Kawah Ijen, Watu Dodol, Pantai Sukamade (melihat penyu bertelur),
Taman Nasional Alas Purwo, Pantai Rajegwesi, pantai Plengkung dan lain-lain. Memang dibutuhkan waktu agak lama untuk bisa menikmati aneka wisata Banyuwangi ini dikarenakan tempatnya yang berjauhan. Tetapi setelah Anda sampai di tujuan wisata tersebut, bisa dipastikan mata dan hati Anda akan terpuaskan oleh eloknya panorama ciptaan Sang Maha Pencipta.
Terhampar di wilayah seluas 5.800 km persegi, Banyuwangi memiliki topografi yang lumayan komplit -mulai dari dataran rendah hingga pegunungan- untuk ditanami berbagai tanaman industri. Tidak hanya tanahnya yang subur, Kabupaten Banyuwangi juga memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor pariwisata. Selain "segi tiga berlian" Kawah Ijen, Pantai Plengkung,
dan Pantai Sukamade,
di Banyuwangi terhampar banyak lokasi wisata yang sanggup menjadi “magnet” para pelancong.
Buku "Informasi Pariwisata Nusantara" terbitan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2005 menyebutkan di Kota Banyuwangi sendiri terdapat Museum Blambangan
, tepat di depan alun-alun di Jalan Sritanjung, yang memamerkan koleksi barang-barang perkakas berusia ratusan tahun yang terbuat dari gerabah atau perunggu serta bermacam kitab kuno.
Bagi wisatawan yang berminat menikmati suasana perkebunan, alternatif pilihan demikian beragam di Banyuwangi. Ada Kebun Kandeng Lembu di Kalibaru, perkebunan di Kecamatan Glenmore, Kaliklatak di lereng Gunung Merapi, Kalibendo dan objek agrowisata di Kaliselogiri.
Perkebunan di Kaliklatak adalah perintis wisata agro di Tanah Air. Terletak di lereng Gunung Merapi, atau 15 km barat kota Banyuwangi, objek wisata perkebunan ini memiliki luas sekitar 100 ha dan dikelola oleh perusahaan swasta. Komoditas utama dari kawasan Kaliklatak antara lain berupa kopi, coklat, karet, cengkeh, dan rempah-rempah.
Hal yang unik dari Banyuwangi adalah terdapatnya tiga taman nasional yang berfungsi aktif sebagai wahana konservasi flora dan fauna, yakni Taman Nasional Alas Purwo(TNAP), Taman Nasional Meru Betiri(TNMB) dan Taman Nasional Baluran.
Taman Nasional Baluran letaknya sangat strategis, berada di tepi jalan utama Surabaya-Banyuwangi. Mudah dijangkau, baik dari Pulau Bali maupun Surabaya. Ketika menginjakkan kaki di Taman Nasional Baluran, sambutan pertama yang akan menyapa para pengunjung adalah sekawanan monyet berekor panjang yang menghuni kawasan seluas 25 ribu ha itu.
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40% tipe vegetasi savana mendominasi kawasan taman nasional ini.
Di Padang Rumput Bekol, pengunjung dapat menikmati pemandangan sekelompok banteng dan rusa dengan latar belakang Gunung Baluran (1.247m). Sebagian orang bahkan menyebut Padang Rumput Bekol sebagai miniatur padang rumput Afrika yang sangat terkenal itu.
Objek wisata air mancur juga ada di Banyuwangi. Air mancur alami yang mengucur di dekat pantai terletak di kawasan Pancur yang masih berada di Taman Nasional Alas Purwo sangat tepat untuk berteduh dan bersantai sembari menikmati suara deburan ombak serta melihat binatang liar dari hutan.
Pada Taman Nasional Alas Purwo terdapat beberapa gua yang digunakan sebagai tempat untuk bermeditasi oleh kalangan supranatural. Gua sakral seperti Gua Istana dan Sendang Srengenge berada sekitar 2 km saja dari Pancur. Sementara tak jauh dari Pancur, terdapat karang hitam (karang mati) yang lebih dikenal dengan sebutan Karang Ireng, lengkap dengan pantai berpasir gotrinya.
Gua-gua lain yang kerap dijadikan tempat bersemedi para lelono, sebutan bagi orang yang bermeditasi di sana, adalah Gua Padepokan
dan Gua Putri
.
Perjalanan menuju gua-gua itu sangat mengesankan karena wisatawan berjalan di bawah rimbunnya Hutan Alas Purwo, bahkan tak jarang mereka juga terpaksa melintasi sungai kecil serta merangkak di bawah rumpun bambu yang tumbang.
Di Taman Nasional Alas Purwo juga ada sebuah pura peninggalan sejarah, yang hingga kini masih dipakai oleh umat Hindu di Banyuwangi untuk upacara keagamaan Pagerwesi setiap 210 hari sekali.
Memandangi tingkah polah satwa-satwa yang sedang merumput juga bisa dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo.
Tepatnya di pos Sadengan, padang penggembalaan seluas 80 ha siap menjadi lokasi banteng, kijang, rusa, babi hutan, dan berbagai jenis burung bersantap pada pagi dan sore hari.
Berjarak 20 km dari Kota Banyuwangi, ada Pulau Tabuhan
yang luasnya 5 ha dan memiliki pemandangan taman laut yang indah dengan batu karang yang menjadi rumah bagi ribuan ikan karang, udang, dan tumbuhan laut lainnya.
Di dekat Desa Ketapang, Kecamatan Giri, hamparan pasir putih Pantai Watu Dodol
begitu indahnya bahkan pengunjung bisa melihat Pulau Bali yang hanya dipisahkan oleh Selat Bali dari Banyuwangi.
(*/cax - disunting dari: kapanlagi.com)
Jika Ingin Wisata ke Banyuwangi,Hubungi untuk pemesanan paket wisata: 081.333.284.361 (email/ym: faishalnr@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it )
Langganan:
Postingan (Atom)