Clock

Rabu, 15 Desember 2010

Curug Malela : Pesona yg Terlupakan (Trip: 25-26 desember 2010)

Bandung memang menarik. Morfologinya yang cekung dan dikelilingi rangkaian pegunungan menjadikan bandung ibarat parahyangan, tempat tinggal para dewa di langit. Sejarah geologi dan kehidupannya pun sama menariknya. Mulai dari legenda sangkuriang yang ternyata bisa dikaitkan dengan aktifitas Gunung Sunda Purba yang kini menjelma menjadi Tangkuban Parahu yang pernah membendung Sungai Citarum sehingga Bandung menjadi danau. Lalu berlanjut hingga ditemukannya fosil manusia purba di Gua Pawon oleh balai arkeologi dan dipelopori oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB). Kemudian diakhiri dengan masa kemerdekaan hingga saat ini, dimana Bandung yang dulu menjadi lautan api sempat menjadi lautan sampah.

Di antara pesona yang tersimpan dalam bumi parahyangan tersebut, salah satu yang menarik ialah keindahan alam dan fenomena geologis yang sangat berpotensi menjadi objek wisata. Misalnya saja Kawah Putih dan Situ Patengan di Ciwidey, Maribaya dan Tangkuban Parahu di Lembang, serta Curug Cimahi dan Curug Bugbruk di Cimahi bagian utara. Objek wisata tersebut sebagian sudah dikelola dengan baik sehingga wisatawan dapat mengunjunginya dengan mudah. Namun tidak untuk keindahan alam yang satu ini: Curug Malela

Air terjun atau dalam Bahasa Sunda disebut “curug” ini memang masih sangat alami. Airnya yang cukup jernih, dikelilingi oleh perbukitan yang ditutupi semak belukar dan kebun milik penduduk setempat seperti riasan yang semakin membuat curug ini tampak elok. Belum lagi beberapa ekor monyet liar yang di musim kemarau kerap mejeng di tepi tebing air terjunnya atau sekedar bergelayutan dari pohon ke pohon.
Curug yang merupakan aliran dari Sungai Cidadap ini saat ini merupakan curug terbesar yang ada di sekitar Bandung. Tidak aneh jika ada pengunjung yang menyebutnya sebagai Niagaranya Bandung.
Selain itu, yang membuatnya unik ialah aliran airnya yang terpisah menjadi beberapa aliran saat menuruni tebing. Walaupun hal tersebut sebenarnya wajar jika dilihat dari morfologi lereng dan batuan penyusunnya yang terdiri dari breksi dan batupasir vulkanik dari Formasi Beser (Koesmono drr., 1996) yang memang kuat. Air yang mengalir deras menuruni tebing setinggi kurang lebih 50 m tersebut, menghasilkan deburan yang sudah bisa didengar dari jarak sekitar 500 m. Cukup sebagai pembangkit semangat setelah berjalan sejauh 2 km.



Curug yang dijadikan landmark Desa Cicadas tersebut hanya bisa dinikmati oleh wisatawan yang menyukai petualangan alam bebas




Curug yang berada di dekat perbatasan Kabupaten bandung dan Kabupaten Cianjur ini tetap berpotensi menarik para wisatawan yang menggemari petualangan dan jelajah alam. Lingkungannya yang masih alami dan hijau, disertai penduduknya yang ramah menjadi nilai tambah tersendiri bagi objek wisata ini. Selain itu, berdasarkan keterangan penduduk, ke arah hilir sungai yang juga disebut Sungai Cicurug ini sebelum bermuara ke Sungai Cisokan di Kabupaten Cianjur, masih ada 4 curug lain yang tidak kalah indahnya.
http://iqbalputra.wordpress.com

~Trip ke Curug Malela: 25 Desember jam 8:00 - 26 Desember jam 16:00~

Biaya akomodasi ditetapkan per orang Rp.30.000 (USD 3,5)
dengan perincian :
2 x makan (malam dan pagi) Rp. 20.000
Sewa sleeping Bag Rp. 5.000
Transportasi Rp. 5.000 (Menggunakan Sepeda Motor)

Adam (02291922178)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar