Kabupaten Banyuwangi menyimpan keindahan alam yang luar biasa. Tidak salah apabila anda ingin liburan atau jalan-jalan, menjadikan Kabupaten Banyuwangi sebegai pilihan wisata Anda. Hal ini karena banyak sekali tempat wisata khususnya panorama alam yang siap Anda jelajahi.
Beberapa tempat rekerasi Banyuwangi paling banyak dikunjungi ialah: Kawah Ijen, Watu Dodol, Pantai Sukamade (melihat penyu bertelur),
Taman Nasional Alas Purwo, Pantai Rajegwesi, pantai Plengkung dan lain-lain. Memang dibutuhkan waktu agak lama untuk bisa menikmati aneka wisata Banyuwangi ini dikarenakan tempatnya yang berjauhan. Tetapi setelah Anda sampai di tujuan wisata tersebut, bisa dipastikan mata dan hati Anda akan terpuaskan oleh eloknya panorama ciptaan Sang Maha Pencipta.
Terhampar di wilayah seluas 5.800 km persegi, Banyuwangi memiliki topografi yang lumayan komplit -mulai dari dataran rendah hingga pegunungan- untuk ditanami berbagai tanaman industri. Tidak hanya tanahnya yang subur, Kabupaten Banyuwangi juga memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor pariwisata. Selain "segi tiga berlian" Kawah Ijen, Pantai Plengkung,
dan Pantai Sukamade,
di Banyuwangi terhampar banyak lokasi wisata yang sanggup menjadi “magnet” para pelancong.
Buku "Informasi Pariwisata Nusantara" terbitan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2005 menyebutkan di Kota Banyuwangi sendiri terdapat Museum Blambangan
, tepat di depan alun-alun di Jalan Sritanjung, yang memamerkan koleksi barang-barang perkakas berusia ratusan tahun yang terbuat dari gerabah atau perunggu serta bermacam kitab kuno.
Bagi wisatawan yang berminat menikmati suasana perkebunan, alternatif pilihan demikian beragam di Banyuwangi. Ada Kebun Kandeng Lembu di Kalibaru, perkebunan di Kecamatan Glenmore, Kaliklatak di lereng Gunung Merapi, Kalibendo dan objek agrowisata di Kaliselogiri.
Perkebunan di Kaliklatak adalah perintis wisata agro di Tanah Air. Terletak di lereng Gunung Merapi, atau 15 km barat kota Banyuwangi, objek wisata perkebunan ini memiliki luas sekitar 100 ha dan dikelola oleh perusahaan swasta. Komoditas utama dari kawasan Kaliklatak antara lain berupa kopi, coklat, karet, cengkeh, dan rempah-rempah.
Hal yang unik dari Banyuwangi adalah terdapatnya tiga taman nasional yang berfungsi aktif sebagai wahana konservasi flora dan fauna, yakni Taman Nasional Alas Purwo(TNAP), Taman Nasional Meru Betiri(TNMB) dan Taman Nasional Baluran.
Taman Nasional Baluran letaknya sangat strategis, berada di tepi jalan utama Surabaya-Banyuwangi. Mudah dijangkau, baik dari Pulau Bali maupun Surabaya. Ketika menginjakkan kaki di Taman Nasional Baluran, sambutan pertama yang akan menyapa para pengunjung adalah sekawanan monyet berekor panjang yang menghuni kawasan seluas 25 ribu ha itu.
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40% tipe vegetasi savana mendominasi kawasan taman nasional ini.
Di Padang Rumput Bekol, pengunjung dapat menikmati pemandangan sekelompok banteng dan rusa dengan latar belakang Gunung Baluran (1.247m). Sebagian orang bahkan menyebut Padang Rumput Bekol sebagai miniatur padang rumput Afrika yang sangat terkenal itu.
Objek wisata air mancur juga ada di Banyuwangi. Air mancur alami yang mengucur di dekat pantai terletak di kawasan Pancur yang masih berada di Taman Nasional Alas Purwo sangat tepat untuk berteduh dan bersantai sembari menikmati suara deburan ombak serta melihat binatang liar dari hutan.
Pada Taman Nasional Alas Purwo terdapat beberapa gua yang digunakan sebagai tempat untuk bermeditasi oleh kalangan supranatural. Gua sakral seperti Gua Istana dan Sendang Srengenge berada sekitar 2 km saja dari Pancur. Sementara tak jauh dari Pancur, terdapat karang hitam (karang mati) yang lebih dikenal dengan sebutan Karang Ireng, lengkap dengan pantai berpasir gotrinya.
Gua-gua lain yang kerap dijadikan tempat bersemedi para lelono, sebutan bagi orang yang bermeditasi di sana, adalah Gua Padepokan
dan Gua Putri
.
Perjalanan menuju gua-gua itu sangat mengesankan karena wisatawan berjalan di bawah rimbunnya Hutan Alas Purwo, bahkan tak jarang mereka juga terpaksa melintasi sungai kecil serta merangkak di bawah rumpun bambu yang tumbang.
Di Taman Nasional Alas Purwo juga ada sebuah pura peninggalan sejarah, yang hingga kini masih dipakai oleh umat Hindu di Banyuwangi untuk upacara keagamaan Pagerwesi setiap 210 hari sekali.
Memandangi tingkah polah satwa-satwa yang sedang merumput juga bisa dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo.
Tepatnya di pos Sadengan, padang penggembalaan seluas 80 ha siap menjadi lokasi banteng, kijang, rusa, babi hutan, dan berbagai jenis burung bersantap pada pagi dan sore hari.
Berjarak 20 km dari Kota Banyuwangi, ada Pulau Tabuhan
yang luasnya 5 ha dan memiliki pemandangan taman laut yang indah dengan batu karang yang menjadi rumah bagi ribuan ikan karang, udang, dan tumbuhan laut lainnya.
Di dekat Desa Ketapang, Kecamatan Giri, hamparan pasir putih Pantai Watu Dodol
begitu indahnya bahkan pengunjung bisa melihat Pulau Bali yang hanya dipisahkan oleh Selat Bali dari Banyuwangi.
(*/cax - disunting dari: kapanlagi.com)
Jika Ingin Wisata ke Banyuwangi,Hubungi untuk pemesanan paket wisata: 081.333.284.361 (email/ym: faishalnr@yahoo.com )
Clock
Sabtu, 18 Desember 2010
Rabu, 15 Desember 2010
Curug Malela : Pesona yg Terlupakan (Trip: 25-26 desember 2010)
Bandung memang menarik. Morfologinya yang cekung dan dikelilingi rangkaian pegunungan menjadikan bandung ibarat parahyangan, tempat tinggal para dewa di langit. Sejarah geologi dan kehidupannya pun sama menariknya. Mulai dari legenda sangkuriang yang ternyata bisa dikaitkan dengan aktifitas Gunung Sunda Purba yang kini menjelma menjadi Tangkuban Parahu yang pernah membendung Sungai Citarum sehingga Bandung menjadi danau. Lalu berlanjut hingga ditemukannya fosil manusia purba di Gua Pawon oleh balai arkeologi dan dipelopori oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB). Kemudian diakhiri dengan masa kemerdekaan hingga saat ini, dimana Bandung yang dulu menjadi lautan api sempat menjadi lautan sampah.
Di antara pesona yang tersimpan dalam bumi parahyangan tersebut, salah satu yang menarik ialah keindahan alam dan fenomena geologis yang sangat berpotensi menjadi objek wisata. Misalnya saja Kawah Putih dan Situ Patengan di Ciwidey, Maribaya dan Tangkuban Parahu di Lembang, serta Curug Cimahi dan Curug Bugbruk di Cimahi bagian utara. Objek wisata tersebut sebagian sudah dikelola dengan baik sehingga wisatawan dapat mengunjunginya dengan mudah. Namun tidak untuk keindahan alam yang satu ini: Curug Malela
Air terjun atau dalam Bahasa Sunda disebut “curug” ini memang masih sangat alami. Airnya yang cukup jernih, dikelilingi oleh perbukitan yang ditutupi semak belukar dan kebun milik penduduk setempat seperti riasan yang semakin membuat curug ini tampak elok. Belum lagi beberapa ekor monyet liar yang di musim kemarau kerap mejeng di tepi tebing air terjunnya atau sekedar bergelayutan dari pohon ke pohon.
Curug yang merupakan aliran dari Sungai Cidadap ini saat ini merupakan curug terbesar yang ada di sekitar Bandung. Tidak aneh jika ada pengunjung yang menyebutnya sebagai Niagaranya Bandung.
Selain itu, yang membuatnya unik ialah aliran airnya yang terpisah menjadi beberapa aliran saat menuruni tebing. Walaupun hal tersebut sebenarnya wajar jika dilihat dari morfologi lereng dan batuan penyusunnya yang terdiri dari breksi dan batupasir vulkanik dari Formasi Beser (Koesmono drr., 1996) yang memang kuat. Air yang mengalir deras menuruni tebing setinggi kurang lebih 50 m tersebut, menghasilkan deburan yang sudah bisa didengar dari jarak sekitar 500 m. Cukup sebagai pembangkit semangat setelah berjalan sejauh 2 km.
Curug yang dijadikan landmark Desa Cicadas tersebut hanya bisa dinikmati oleh wisatawan yang menyukai petualangan alam bebas
Curug yang berada di dekat perbatasan Kabupaten bandung dan Kabupaten Cianjur ini tetap berpotensi menarik para wisatawan yang menggemari petualangan dan jelajah alam. Lingkungannya yang masih alami dan hijau, disertai penduduknya yang ramah menjadi nilai tambah tersendiri bagi objek wisata ini. Selain itu, berdasarkan keterangan penduduk, ke arah hilir sungai yang juga disebut Sungai Cicurug ini sebelum bermuara ke Sungai Cisokan di Kabupaten Cianjur, masih ada 4 curug lain yang tidak kalah indahnya.
http://iqbalputra.wordpress.com
~Trip ke Curug Malela: 25 Desember jam 8:00 - 26 Desember jam 16:00~
Biaya akomodasi ditetapkan per orang Rp.30.000 (USD 3,5)
dengan perincian :
2 x makan (malam dan pagi) Rp. 20.000
Sewa sleeping Bag Rp. 5.000
Transportasi Rp. 5.000 (Menggunakan Sepeda Motor)
Adam (02291922178)
Di antara pesona yang tersimpan dalam bumi parahyangan tersebut, salah satu yang menarik ialah keindahan alam dan fenomena geologis yang sangat berpotensi menjadi objek wisata. Misalnya saja Kawah Putih dan Situ Patengan di Ciwidey, Maribaya dan Tangkuban Parahu di Lembang, serta Curug Cimahi dan Curug Bugbruk di Cimahi bagian utara. Objek wisata tersebut sebagian sudah dikelola dengan baik sehingga wisatawan dapat mengunjunginya dengan mudah. Namun tidak untuk keindahan alam yang satu ini: Curug Malela
Air terjun atau dalam Bahasa Sunda disebut “curug” ini memang masih sangat alami. Airnya yang cukup jernih, dikelilingi oleh perbukitan yang ditutupi semak belukar dan kebun milik penduduk setempat seperti riasan yang semakin membuat curug ini tampak elok. Belum lagi beberapa ekor monyet liar yang di musim kemarau kerap mejeng di tepi tebing air terjunnya atau sekedar bergelayutan dari pohon ke pohon.
Curug yang merupakan aliran dari Sungai Cidadap ini saat ini merupakan curug terbesar yang ada di sekitar Bandung. Tidak aneh jika ada pengunjung yang menyebutnya sebagai Niagaranya Bandung.
Selain itu, yang membuatnya unik ialah aliran airnya yang terpisah menjadi beberapa aliran saat menuruni tebing. Walaupun hal tersebut sebenarnya wajar jika dilihat dari morfologi lereng dan batuan penyusunnya yang terdiri dari breksi dan batupasir vulkanik dari Formasi Beser (Koesmono drr., 1996) yang memang kuat. Air yang mengalir deras menuruni tebing setinggi kurang lebih 50 m tersebut, menghasilkan deburan yang sudah bisa didengar dari jarak sekitar 500 m. Cukup sebagai pembangkit semangat setelah berjalan sejauh 2 km.
Curug yang dijadikan landmark Desa Cicadas tersebut hanya bisa dinikmati oleh wisatawan yang menyukai petualangan alam bebas
http://iqbalputra.wordpress.com
~Trip ke Curug Malela: 25 Desember jam 8:00 - 26 Desember jam 16:00~
Biaya akomodasi ditetapkan per orang Rp.30.000 (USD 3,5)
dengan perincian :
2 x makan (malam dan pagi) Rp. 20.000
Sewa sleeping Bag Rp. 5.000
Transportasi Rp. 5.000 (Menggunakan Sepeda Motor)
Adam (02291922178)
Sabtu, 11 Desember 2010
Pulau Karimunjawa (Jepara, Jawa Tengah - Indonesia)
Sejarah :
2. LELE TIDAK PUNYA PATIL
Melihat putranya tidak dirumah maka Nyai Sunana Muria menanyakan kepada Sunan Muria dan diberi jawaban bahwa Amir Hasan disuruh pergi dari rumah menuju kesebuah pulau yang berada disebelah utara Pulau Jawa, maka Nyai Sunan menjadi terkejut dan mohon ijin untuk nyusuk guna memberi bekal dijalan.
Teringat akan makanan kesukaan putranya yaitu pecel lele, maka dibawakan pecel lele oleh Nyai Sunan dengan dengan harapan untuk membarikan kesenangan dalam perjalanan. Namun setelah dipantai ternyata Amir Hasan dan kedua abdinya sudah berlayar dilautan, maka oleh sang ibu pecel lele itu lalu dibuangke laut.
Bungkusan pecel lele tersebut terbawa ombak dan atas kehendak Tuhan mengikuti perjalanan Amir Hasan sampai pula dipulau yang dituju oleh Amir Hasan. Ikan – ikan lele yang berada di Karimunjawa semuanya tidak mempunyai patil, area ini sekarang dikenal dengan nama Legon Lele yaitu di bagian timur dari Pulau karimunjawa.
5. KAYU DEWA DARU
Apabila kita berkunjung ke Makam Sunan Nyamplungan yang terletak di puncak gunung Karimunjawa sebelah utara, maka di pintu gerbang akan kita jumpai dua pohon yang sangat besar dan oleh masyarakat dikenal sebagai “KAYU DEWA”.
Menurut kepercayaan masyarakat yang saat ini masih diyakini, bahwa kayu dewadaru ini masih dikeramatkan dan mempunyai khasiat tersendiri, yaitu barang siapa menyimpan kayu tersebut di rumah, maka yang menyimpan akan terhindar dari ancaman pencuri / orang yang akan bertindak jahat.
Kayu dewadaru ini apabila diletakkan di air, tidak terapung seperti jenis kayu lain akan tetapi kayu tersebut akan tenggelam serta setiap orang tidak berani membawa kayu dewadaru keluar pulau Karimunjawa, karena takut akan bahaya yang akan menimpa di perjalanan.
6. KAYU SETIGI
Di atas telah disebutkan bahwa pada saat itu Karimunjawa masih berupa hutan belantara yang belum pernah dijamah oleh tangan manusia. Disana banyak terdapat berbagai tanaman yang tumbuh dan hewan/ binatang liar yang ganas dan salah satunya adalah jenis ular edor. Konon pernah dikisahkan bahwa ketika Amir Hasan (Sunan Nyamplungan) mengadakan perjalanan di hutan, di tengah-tengah perjalanan beliau digigit seekor ular berbisa, namun ternyata gigitan ular tersebut tidak mampu melemahkan kekuatan Sunan Nyamplungan. Setelah terkena gigitan itu Sang Sunan menjadi marah dan bersabda sambil menunjuk ke arah ular dengan memegang tongkat kayu setigi. Akibat dari sabda Sunan, sang ular menjadi rabun.
Catatan khusus : kayu setigi akan tenggelam ke dasar yang paling bawah bila dimasukkan air dan bisa pula menyerap bisa/racun binatang.
7. KAYU KALIMASADA
Selain kedua jenis kayu tersebut yaitu kayu dewadaru dan kayu setigi, masih ada jenis kayu lain yang sama-sama mempunyai tuah dan legenda kayu ini disebut dengan kayu Kalimasada. Memang pada masa keberadaan Sang Sunan di Karimunjawa banyak kejadian/peristiwa mitos yang sulit dipahami dengan akal dan pikiran layaknya manusia biasa. Ada yang berpendapat bahwa kayu tersebut juga dapat digunakan oleh orang-orang pintar dengan cara memasukan do’a/mantra sesuai dengan keinginan masing – masing.
POTENSI KHUSUS KARIMUNJAWA
Taman Nasional Laut Karimunjawa termasuk wilayah Kabupaten Jepara, yang terdiri dari 1 kecamatan, 3 desa dan 27 pulau (5 pulau berpenghuni, 22 pulau kosong) terdiri dari beberapa suku, adapun jarak Jepara Karimunjawa adalah 48 mil laut.
Pulau yang sudah berpenduduk yaitu Pulau Genting, Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa, Pulau Nyamuk, dan Pulau Parang. Sebagian besar pulau di karimunjawa archipalago memiliki pantai dengan pasir putih, air jernih dan terumbu karang menawan
Pulau-pulau yang menjadi favorit untuk dikunjungi para turis karena keindahan alamnya antara lain Pulau Menjangan Besar, Menjangan Kecil, Cemara Kecil, dan Tanjung Gelam yang berada di bagian barat pulau karimunjawa, pulau cilik, pulau tengah, pulau sintok, pulau sruni dan pulau sambangan yang berada di bagian sebelah timun Pulau Karimunjawa, Ayo kita kunjungi pulau-pulau tersebut satu per satu!
Untuk tempat penginapan, ada beberapa pilihan tempat yang bisa Anda tentukan. Anda dapat menginap di beberapa resort mewah yang ada di pulau-pulau kecil atau juga hotel-hotel dengan tarif yang lebih murah. Beberapa penduduk setempat juga menyewakan rumahnya dengan tarif yang lebih murah lagi. Atau Anda bisa mencoba suasana berbeda dengan menginap di Hotel Duta Karimun Hotel yang berada di pemukiman penduduk, anda bisa berinteraksi dengan masyarakat setempat, walaupun di perkampungan penduduk anda jangan takut, karena di karimunjawa sangat aman, anda akan merasakan kehidupan masyarakat nelayan yang sangat friendly
PENAWARAN PAKET TAHUN BARU 2011 BAGI BACKPACKER
BERANGKAT JUM,AT 31 DESEMBER, PULANG MINGGU 2 JANUARI
HARGA Rp. 625.000,-/ORANG (USD 70)
INCLUDE : TIKET KAPAL JEPARA-KARIMUNJAWA PP (1 X CHARTER), MAKAN 7X (PRASMANAN BUKAN NASI BUNGKUS), 2 MALAM PENGINAPAN HOME STAY NON AC (1 kamar 2 orang tdk lesehan), TUR, SNORKLING 1 HARI, SEMUA TIKET MASUK TEMPAT WISATA, BERENANG DG HIU & DOKUMENTASI UNDER WATER, PEMANDU DAN ACARA MALAM TAHUN BARU DG PESTA KEMBANG API DAN LIVE MUSIK DI PANTAI NIRWANA
(DUTA KARIMUN HOTEL TOUR & TRAVEL ADALAH YANG MENGADAKAN ACARA MALAM TAHUN BARU DI PANTAI NIRWANA PASTI LEBIH DI UTAMAKAN)
KAMI BATASI HANYA 40 ORANG SAJA
KAMI TIDAK HARUS MENUNGGU ROMBONGAN BERKUMPUL BANYAK, BERAPAPUN JUMLAHNYA PASTI BISA BERANGKAT, KARENA KANTOR KAMI BERADA DI KARIMUNJAWA
http://www.dutakarimun.com
Kabupaten Jepara terdiri dari 14 kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Karimunjawa. Salah satu wilayah kecamatan yang terdiri dari 3 desa merupakan gugusan dari 27 buah pulau yang ada dan terhampar luas di laut Jawa dengan jumlah penduduk sekitar 8.000 jiwa.
Kecamatan ini merupakan kawasan alam yang dilindungi karena memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik dalam bentuk flora, fauna, ekosistem merupak kondisi alam yang menjadukan Karimunjawa sebagai cagar laut yang sangat potensial.
Kecamatan ini merupakan kawasan alam yang dilindungi karena memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik dalam bentuk flora, fauna, ekosistem merupak kondisi alam yang menjadukan Karimunjawa sebagai cagar laut yang sangat potensial.
1. ASAL NAMA KARIMUNJAWA
Sunan Nyamplungan merupakan tokoh cerita rakyat yang menarik tentang terjadinya nama Kepulauan Karimunjawa. Sunan Nyamplungan yang mempunyai nama asli Amir Hasan adalah putra Sunan Muria. Perkembangan kehidupan Amir Hasan dari kanak-kanak sampai dewasa selelu dimanjakan oleh Nyai Sunan Muria, walaupun perilaku Amir Hasan sehari-hari cenderung nakal. Melihat hal yang tidak menguntungkan terhadap diri Amir Hasan, Sunan Muria selalu menanamkan jiwa kedisiplinan dengan mengajarkan dasar-dasar agama Islam yang kuat, namun Amir Hasan cenderung pada kenakalan dan kemanjaannya sehingga menjadikan Sunan Muria dan Nyai Sunan Muria memutuskan untuk menitipkan Amir Hasan kepada pamannya, yaitu Sunan Kudus dengan harapan asuhan Sunan Kudus dapat diterima dan kelak menjadi orang yang baik dan soleh.
Selama dalam asuhan Sunan Kudus, Amir Hasan sudah mulai menunjukkan perubahan menjadi pemuda yang baik dan sangat taan melaksanakan ajaran/perintah Sunan Kudus. Melihat perkembangan yang demikian, Amir Hasan kemudian dikembalikan kepada Sunan Muria karena Sunan Kudus sudah merasa cukup membimbing dan mengajari berbagai ilmu khususnya mendalami ajaran agama Islam.
Sunan Nyamplungan merupakan tokoh cerita rakyat yang menarik tentang terjadinya nama Kepulauan Karimunjawa. Sunan Nyamplungan yang mempunyai nama asli Amir Hasan adalah putra Sunan Muria. Perkembangan kehidupan Amir Hasan dari kanak-kanak sampai dewasa selelu dimanjakan oleh Nyai Sunan Muria, walaupun perilaku Amir Hasan sehari-hari cenderung nakal. Melihat hal yang tidak menguntungkan terhadap diri Amir Hasan, Sunan Muria selalu menanamkan jiwa kedisiplinan dengan mengajarkan dasar-dasar agama Islam yang kuat, namun Amir Hasan cenderung pada kenakalan dan kemanjaannya sehingga menjadikan Sunan Muria dan Nyai Sunan Muria memutuskan untuk menitipkan Amir Hasan kepada pamannya, yaitu Sunan Kudus dengan harapan asuhan Sunan Kudus dapat diterima dan kelak menjadi orang yang baik dan soleh.
Selama dalam asuhan Sunan Kudus, Amir Hasan sudah mulai menunjukkan perubahan menjadi pemuda yang baik dan sangat taan melaksanakan ajaran/perintah Sunan Kudus. Melihat perkembangan yang demikian, Amir Hasan kemudian dikembalikan kepada Sunan Muria karena Sunan Kudus sudah merasa cukup membimbing dan mengajari berbagai ilmu khususnya mendalami ajaran agama Islam.
Setelah menerima laporan dari Sunan Kudus, Sunan Muria menjadi sangat bahagia karena anaknya mau mematuhi ajaran orang tua, k emudian untuk melatih dan mencobanya diperintahkan oleh Sunan Muria agar Amir Hasan pergi ke salah satu pulau yang kelihatan dari puncak gunung Muria seperti kremun – kremun dengan desertai 2 orang abdi untuk menemani dan diberi bekal 2 biji buah nyamplung untuk ditanam dan berbagai macam barang antara lain : Mustaka Masjid yang saat ini masih ada dalam komplek makam beliau. Perjalanan Amir Hasan yang memakan waktu lama dengan menyebrang laut itupun akhirnya sampai di tempat yang dituju di sebuah pulau , kemudian Amir Hasan menetap disana dan pulau ini kelak bernama KARIMUNJAWA.
Pulau yang terlihat kremun – kremun dan masih merupakan kawasan kepulauan jawa , dipakai sebagai tempat tinggal Amir Hasan, terdapat beberapa pohon nyamplung, maka sampai sekarang masyarakat menyebut Amir Hasan dengan nama “ SUNAN NYAMPLUNGAN “
Pulau yang terlihat kremun – kremun dan masih merupakan kawasan kepulauan jawa , dipakai sebagai tempat tinggal Amir Hasan, terdapat beberapa pohon nyamplung, maka sampai sekarang masyarakat menyebut Amir Hasan dengan nama “ SUNAN NYAMPLUNGAN “
2. LELE TIDAK PUNYA PATIL
Melihat putranya tidak dirumah maka Nyai Sunana Muria menanyakan kepada Sunan Muria dan diberi jawaban bahwa Amir Hasan disuruh pergi dari rumah menuju kesebuah pulau yang berada disebelah utara Pulau Jawa, maka Nyai Sunan menjadi terkejut dan mohon ijin untuk nyusuk guna memberi bekal dijalan.
Teringat akan makanan kesukaan putranya yaitu pecel lele, maka dibawakan pecel lele oleh Nyai Sunan dengan dengan harapan untuk membarikan kesenangan dalam perjalanan. Namun setelah dipantai ternyata Amir Hasan dan kedua abdinya sudah berlayar dilautan, maka oleh sang ibu pecel lele itu lalu dibuangke laut.
Bungkusan pecel lele tersebut terbawa ombak dan atas kehendak Tuhan mengikuti perjalanan Amir Hasan sampai pula dipulau yang dituju oleh Amir Hasan. Ikan – ikan lele yang berada di Karimunjawa semuanya tidak mempunyai patil, area ini sekarang dikenal dengan nama Legon Lele yaitu di bagian timur dari Pulau karimunjawa.
3. SIPUT BOLONG
Pada waktu Nyai Sunan Muria membewakan pecel lele saat menyusul putranya ke Pantai Jepara, juga dimasakan oleh beliau makanan kesukaan Amir Hasan yang lain, yaitu makanan siput.
Rasa kecewa Nyai Sunan Muria yang tidak berhasil menyusul putranya yang berangkat menuju Karimunjawa dilampiaskan beliau dengan melemparkan pecel lele dan makanan siput tersebut ke laut.
Sama halnya dengan masakan pecel lele maka masakan siput ini pun terdampar di perairan Karimunjawa yaitu di legon lele ini memiliki cirri khas yaitu punggungnya bolong (berlubang) dan terkenal dengan nama “SIPUT BOLONG”.
4. ULAR BUTA
Diriwayatkan pada waktu Amir Hasan yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Nyamplungan telah sampai di Karimunjawa, maka beliau memasuki daratan mencari tempat yang sesuai untuk kepentingannya guna memperdalam ajaran agama Islam dan sekaligus mengembangkanya.
Pada suatu ketika beliau sedang berjalan ternyata ada seekor ular yang bertubuh pendek dan berwarna serta sangat berbisa mencoba untuk menggigit beliau namun ternyata tidak mempan. Akibat dari peristiwa itu Sang Sunan menjadi marah dan mengutuk ular tersebut menjadi buta, karena dianggap menggigit sembarang orang.
Sampai sekarang jenis ular ini yang dikenal dengan nama “ULAR EDOR” matanya buta, umumnya tidak mampu untuk bergerak di siang hari.
Pada waktu Nyai Sunan Muria membewakan pecel lele saat menyusul putranya ke Pantai Jepara, juga dimasakan oleh beliau makanan kesukaan Amir Hasan yang lain, yaitu makanan siput.
Rasa kecewa Nyai Sunan Muria yang tidak berhasil menyusul putranya yang berangkat menuju Karimunjawa dilampiaskan beliau dengan melemparkan pecel lele dan makanan siput tersebut ke laut.
Sama halnya dengan masakan pecel lele maka masakan siput ini pun terdampar di perairan Karimunjawa yaitu di legon lele ini memiliki cirri khas yaitu punggungnya bolong (berlubang) dan terkenal dengan nama “SIPUT BOLONG”.
4. ULAR BUTA
Diriwayatkan pada waktu Amir Hasan yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Nyamplungan telah sampai di Karimunjawa, maka beliau memasuki daratan mencari tempat yang sesuai untuk kepentingannya guna memperdalam ajaran agama Islam dan sekaligus mengembangkanya.
Pada suatu ketika beliau sedang berjalan ternyata ada seekor ular yang bertubuh pendek dan berwarna serta sangat berbisa mencoba untuk menggigit beliau namun ternyata tidak mempan. Akibat dari peristiwa itu Sang Sunan menjadi marah dan mengutuk ular tersebut menjadi buta, karena dianggap menggigit sembarang orang.
Sampai sekarang jenis ular ini yang dikenal dengan nama “ULAR EDOR” matanya buta, umumnya tidak mampu untuk bergerak di siang hari.
5. KAYU DEWA DARU
Apabila kita berkunjung ke Makam Sunan Nyamplungan yang terletak di puncak gunung Karimunjawa sebelah utara, maka di pintu gerbang akan kita jumpai dua pohon yang sangat besar dan oleh masyarakat dikenal sebagai “KAYU DEWA”.
Menurut kepercayaan masyarakat yang saat ini masih diyakini, bahwa kayu dewadaru ini masih dikeramatkan dan mempunyai khasiat tersendiri, yaitu barang siapa menyimpan kayu tersebut di rumah, maka yang menyimpan akan terhindar dari ancaman pencuri / orang yang akan bertindak jahat.
Kayu dewadaru ini apabila diletakkan di air, tidak terapung seperti jenis kayu lain akan tetapi kayu tersebut akan tenggelam serta setiap orang tidak berani membawa kayu dewadaru keluar pulau Karimunjawa, karena takut akan bahaya yang akan menimpa di perjalanan.
6. KAYU SETIGI
Di atas telah disebutkan bahwa pada saat itu Karimunjawa masih berupa hutan belantara yang belum pernah dijamah oleh tangan manusia. Disana banyak terdapat berbagai tanaman yang tumbuh dan hewan/ binatang liar yang ganas dan salah satunya adalah jenis ular edor. Konon pernah dikisahkan bahwa ketika Amir Hasan (Sunan Nyamplungan) mengadakan perjalanan di hutan, di tengah-tengah perjalanan beliau digigit seekor ular berbisa, namun ternyata gigitan ular tersebut tidak mampu melemahkan kekuatan Sunan Nyamplungan. Setelah terkena gigitan itu Sang Sunan menjadi marah dan bersabda sambil menunjuk ke arah ular dengan memegang tongkat kayu setigi. Akibat dari sabda Sunan, sang ular menjadi rabun.
Catatan khusus : kayu setigi akan tenggelam ke dasar yang paling bawah bila dimasukkan air dan bisa pula menyerap bisa/racun binatang.
7. KAYU KALIMASADA
Selain kedua jenis kayu tersebut yaitu kayu dewadaru dan kayu setigi, masih ada jenis kayu lain yang sama-sama mempunyai tuah dan legenda kayu ini disebut dengan kayu Kalimasada. Memang pada masa keberadaan Sang Sunan di Karimunjawa banyak kejadian/peristiwa mitos yang sulit dipahami dengan akal dan pikiran layaknya manusia biasa. Ada yang berpendapat bahwa kayu tersebut juga dapat digunakan oleh orang-orang pintar dengan cara memasukan do’a/mantra sesuai dengan keinginan masing – masing.
POTENSI KHUSUS KARIMUNJAWA
Taman Nasional Laut Karimunjawa termasuk wilayah Kabupaten Jepara, yang terdiri dari 1 kecamatan, 3 desa dan 27 pulau (5 pulau berpenghuni, 22 pulau kosong) terdiri dari beberapa suku, adapun jarak Jepara Karimunjawa adalah 48 mil laut.
DAYA TARIK KHUSUS BAGI WISATAWAN
Taman Nasional Laut Karimunjawa mwmang memiliki daya tarik tersendiri dan sangat cocok untuk “Wisata Bahari”. Berbagai daya tarik yang unik bisa kita temukan antara lain :
- Panorama laut yang indah bagai telaga warna dengan gugusan kepulauan yang tersebar sejauh mata memandang. Disertai jernihnya air laut yang belum tercemar (terkena polusi).
- Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun di seluruh pulau-pulau.
- Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, fishing/ memancing, dayung dan sebagainya.
- Menikmati keindahan biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam karang laut yang menarik.
- Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, trenggiling, landak, ular edor, bhurung garuda, dan ikan lele tanpa patil,dsb.
- Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan.
- Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, teripang di karamba, silakan bawa makanan (ikan kecil) untuk dihadiahkan kepada ikan-ikan tersebut.
- Bila perjalanan memakai kapal laut, dapat menyaksikan iringan ikan lumba-lumba di sebelah menyebelah kapal.
Taman Nasional Laut Karimunjawa mwmang memiliki daya tarik tersendiri dan sangat cocok untuk “Wisata Bahari”. Berbagai daya tarik yang unik bisa kita temukan antara lain :
- Panorama laut yang indah bagai telaga warna dengan gugusan kepulauan yang tersebar sejauh mata memandang. Disertai jernihnya air laut yang belum tercemar (terkena polusi).
- Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun di seluruh pulau-pulau.
- Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, fishing/ memancing, dayung dan sebagainya.
- Menikmati keindahan biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam karang laut yang menarik.
- Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, trenggiling, landak, ular edor, bhurung garuda, dan ikan lele tanpa patil,dsb.
- Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan.
- Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, teripang di karamba, silakan bawa makanan (ikan kecil) untuk dihadiahkan kepada ikan-ikan tersebut.
- Bila perjalanan memakai kapal laut, dapat menyaksikan iringan ikan lumba-lumba di sebelah menyebelah kapal.
sumber : http://www.teguhbs92.co.cc/2009/12/objek-wisata-karimunjawa.html
WISATA :
Sebagai Pulau Nomer 2 TerBaik di Asia bagi Para Pecinta Diving di Dunia
Sumber www.backpackingasia.com
Kepulauan Karimunjawa menjadi surga bagi para snorkler dan penyelam (diver). Anda dapat melakukan berbagai kegiatan di dalam jernihnya air. Berenang (Swiming), menyelam (diving), atau snorkeling akan terasa menyenangkan.
Keindahan terumbu karang serta ikan berwarna-warni di dalam laut, yang mempunyai jenis terbanyak, akan menjadi daya tarik untuk bermain-main di dalam air. Air laut di Karimunjawa sangat jernih dan bening, sehingga Anda bisa melihat dasar laut dengan jelas. Bagi Anda yang hobi memancing, Anda juga bisa melakukannya di beberapa pulau di Karimunjawa.
Untuk mengunjungi pulau-pulau yang ada di Karimunjawa, Anda bisa menggunakan perahu nelayan. Waktu yang diperlukan tidak terlalu lama untuk mengunjungi beberapa pulau sekaligus karena letaknya yang tidak berjauhan. Ada pula perahu yang dilengkapi dengan kaca pada bagian bawah perahu (glass bottom boat) yang cocok bagi Anda yang tidak bisa berenang dan tdk bisa menggunakan snorkling tetapi ingin tetap melihat dan menikmati keindahan terumbu karang beserta ikan-ikan hiasnya yang menawan.
Karimunjawa sejak tahun 2001 memiliki nama resmi Taman Nasional Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa terdiri atas gugusan 27 buah pulau kecil, dengan 5 buah pulau yang sudah berpenduduk di kepulauan ini, karimunjawa archipelago yang asri nan indahPulau yang sudah berpenduduk yaitu Pulau Genting, Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa, Pulau Nyamuk, dan Pulau Parang. Sebagian besar pulau di karimunjawa archipalago memiliki pantai dengan pasir putih, air jernih dan terumbu karang menawan
Pulau-pulau yang menjadi favorit untuk dikunjungi para turis karena keindahan alamnya antara lain Pulau Menjangan Besar, Menjangan Kecil, Cemara Kecil, dan Tanjung Gelam yang berada di bagian barat pulau karimunjawa, pulau cilik, pulau tengah, pulau sintok, pulau sruni dan pulau sambangan yang berada di bagian sebelah timun Pulau Karimunjawa, Ayo kita kunjungi pulau-pulau tersebut satu per satu!
-
Pulau Menjangan Besar
Di Pulau Menjangan Besar terdapat penangkaran ikan hiu. Anda dapat menguji keberanian dengan masuk ke kolam penangkaran mereka dan berenang bersama ikan-ikan hiu ini. Tidak perlu takut, karena hiu di sini cukup jinak dan bersahabat dengan manusia.
Di pulau Menjangan besar ini juga ada penangkaran penyu yang mana bila ada penyu yang menetas anda bisa ikut melepas anak penyu ke alam bebas, ini juga sebagai wisata lestari alam yang menanamkan kepada kita bahwa melestarikan alam itu penting artinya bagi kehidupan
-
Pulau Menjangan Kecil
Pulau Menjangan Kecil pantas dikunjungi karena di perairan sekitar pulau ini terdapat banyak ikan kecil berwarna-warni yang cantik. Pulau ini memiliki pantai dan dasar laut yang indah dengan air yang jernih. Pulau ini cocok bagi Anda yang ingin mencoba snorkeling, kami siapkan camera under water untuk mengabadikan event penting saat anda bercengkrama dg ikan ikan hias, anda bawa roti ikan hias pasti bersahabat
-
Pulau Cemara Kecil dan Pulau Cemara Besar
Pada kedua pulau ini terdapat banyak pohon cemara yang mungkin menjadi dasar nama kedua pulau ini. Hal unik lainnya adalah adanya daratan pantai dengan pasir putihnya yang menjorok ke laut, sehingga memanjakan kita untuk bermain dan menikmati alamnya
-
Tanjung Gelam
Tanjung Gelam merupakan Tanjung atau daratan menjorok ke laut, tanjung ini sebetulnya menjadi satu dg pulau karimunjawa tapi kelihatan seperti pulau tersendiri, Tanjung indah dengan hamparan pasir putih dan air laut yang berwarna hijau kebiruan, berpadu dg pohon kelapa yang melambai
Akomodasi di Karimunjawa
Selain menikmati keindahan laut dan pantainya, Anda dapat mengunjungi pasar traditional atau mengunjungi para nelayan yang berhasil mendapat ikan di pasar ikan.Untuk tempat penginapan, ada beberapa pilihan tempat yang bisa Anda tentukan. Anda dapat menginap di beberapa resort mewah yang ada di pulau-pulau kecil atau juga hotel-hotel dengan tarif yang lebih murah. Beberapa penduduk setempat juga menyewakan rumahnya dengan tarif yang lebih murah lagi. Atau Anda bisa mencoba suasana berbeda dengan menginap di Hotel Duta Karimun Hotel yang berada di pemukiman penduduk, anda bisa berinteraksi dengan masyarakat setempat, walaupun di perkampungan penduduk anda jangan takut, karena di karimunjawa sangat aman, anda akan merasakan kehidupan masyarakat nelayan yang sangat friendly
GEOGRAFIS
KARIMUNJAWA berada di 5.40,39?-5.55,00?LT 110.5,57-110.31,15? BT, luas teretorial 611.625 Ha, Sebelah Utara 120 km dari kota Semarang dg Jarak tempuh sekitar 3,5 jam, atau sebelah Utara Barat Laut 90 km dari kota Jepara dg Jarak tempuh 2,5 Jam ( dg kapal cepat KARTINI 1) atau 5,5 jam dg Fery MURIA,
Karimunjawa dibawah Pemerintahan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 27 Pulau, Hanya satu Kecamatan yaitu Kecamatan Karimunjawa, dibagi menjadi 3 Desa antara lain :
- Desa Karimunjawa berpusat pemerintahan di Pulau Karimunjawa dg membawahi beberapa Pulau yaitu P. Menjangan Kecil, P.Menjangan Besar, Pulau Cemara Kecil, Pulau Cemara Besar P.Geleang, P. Burung, P. Batu, P. Genting, P. Sruni, dan P.Sambangan
- Desa Kemojan dg pusat Pemerintahan di Pulau Kemojan yang sekarang sudah menjadi satu dg Pulau karimunjawa dg penghubung terusan sepanjang kurang lebih 2.000 M,Desa Kemojan membawahi P. Bengkoang, P. Mrico, P.Sintok, P.Tengah, P. Cilik, P. Cendekian dan Pulau Gundul
- Desa ketiga adalah Desa Parang dg pusat Pemeritahan di Pulau Parang membawahi Pulau Kumbang, Pulau Kembar, P. Nyamuk, P.Katang, Pulau Krakal Besar dan P. Krakal Kecil.
PENDUDUK
Jumlah Penduduk Sesuai Data dari Kantor Camat Karimunjawa Th.2008 adalah 8.868 Jiwa,
Suku di Karimunjawa Terdiri Dari suku Jawa, Madura, Bugis, Bajo, Batak, Ambon, Buton dan ada juga Dayak.
Jawa adalah suku mayoritas di Karimunjawa yaitu berdomisili di Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk dan Pulau Genting.
Madura berada di Dukuh Legon Cikmas Desa Karimunjawa, dan membaur di Pulau2 lain
Bugis tersentral di Dukuh Telaga Desa Kemujan Walupun membaur juga di Pulau2 lainya
Bajo mebuat komunitas sendiri di Ujung selatan Pulau Karimunjawa lengkap dengan rumah lautnya yang nyentrik dan merupakan daya tarik wisata tersendiri
Madura berada di Dukuh Legon Cikmas Desa Karimunjawa, dan membaur di Pulau2 lain
Bugis tersentral di Dukuh Telaga Desa Kemujan Walupun membaur juga di Pulau2 lainya
Bajo mebuat komunitas sendiri di Ujung selatan Pulau Karimunjawa lengkap dengan rumah lautnya yang nyentrik dan merupakan daya tarik wisata tersendiri
Adapun suku2 lainya yg ada di karimunjawa membaur dg suku lain namun dalam kehidupan keseharian tidak ada yang membedakan diantara mereka, semua dijalani dg enjoy tanpa ada ketakutan dan kekhawatiran.
Masyarakat karimunjawa adalah masyarakat yang menjujung tinggi norma-norma agama, walau mayoritas muslim dan kristen adalah minoritas tapi kerukunan tetap harmonis,
Walapun banyak suku yang hidup khususnya di Pulau karimunjawa tapi kehidupan bermasyarakat di Karimunjawa benar-benar pantas ditiru oleh Bangsa yang besar ini.
Contohnya pada setiap senja hari kamis pon malam jum’at wage Jam 17.00 WIB sampai selesai diadakan “BARI’AN” atau selamatan tulak bala’, masyarakat karimunjawa membaur jadi satu bukan hanya yang beragama Islam saja tapi yang beragama Kristen juga ikut membawa nasi dg tumpeng kuning, telur dan uborampe selamatan, betapa sejuk hati kami bila sudah demikian, sayangnya efen ini belum bisa dilihat wisatawan karena belum ada kapal yang bermalam pada hari Jum’at malam di Karimunjawa.
BERANGKAT JUM,AT 31 DESEMBER, PULANG MINGGU 2 JANUARI
HARGA Rp. 625.000,-/ORANG (USD 70)
INCLUDE : TIKET KAPAL JEPARA-KARIMUNJAWA PP (1 X CHARTER), MAKAN 7X (PRASMANAN BUKAN NASI BUNGKUS), 2 MALAM PENGINAPAN HOME STAY NON AC (1 kamar 2 orang tdk lesehan), TUR, SNORKLING 1 HARI, SEMUA TIKET MASUK TEMPAT WISATA, BERENANG DG HIU & DOKUMENTASI UNDER WATER, PEMANDU DAN ACARA MALAM TAHUN BARU DG PESTA KEMBANG API DAN LIVE MUSIK DI PANTAI NIRWANA
(DUTA KARIMUN HOTEL TOUR & TRAVEL ADALAH YANG MENGADAKAN ACARA MALAM TAHUN BARU DI PANTAI NIRWANA PASTI LEBIH DI UTAMAKAN)
KAMI BATASI HANYA 40 ORANG SAJA
SCHEDULE ACARA TAHUN BARU BACKPACKER 3H 2M Jepara
HARI I Jum’at : JEPARA - KARIMUNJAWA – DERMAGA RAKYAT ( Ms /Mm)
Pukul 08.00 WIB Peserta harap sudah hadir di Pelabuhan Kartini Jepara
Pukul 09.00 WIB Kapal Carteran (kapal lokal) di berangkatkan menuju Karimunjawa
Pukul 15.00 WIB Sampai di Pelabuhan Karimunjawa, dan dijemput untuk diantar ke Hotel, dan istirahat
Pukul 17.00 WIB Menuju dermaga rakyat menunggu sunset, Kembali ke Hotel
Pukul 19.00 WIB Makan Malam Bakar Ikan
Pukul 13.00 WIB menuju Pantai Nirwana dalam acara Menyambut tahun baru, pesta kembang api dan live musik
HARI II Sabtu : KARIMUNJAWA P. Cemara, Tanjung Gelam, Pulau Geleang, Menjangan Kecil dan Menjangan Besar( Mp/Ms/Mm )
Pukul 05.00 WIB Bila bisa bangun pagi bersama ke Pantai Legon waru melihat sunres
Pukul 06.30 WIB Makan pagi
Pukul 08.00 WIB Menuju Pulau Cemara
- Pasir putih, Snorkling, Swimming, ( alat Snorkle free 1 hari )
ke Tanjung Gelam dan Pulau Geleang
Pukul 12.00 WIB Makan Siang di Pulau, Istirahat, di teruskan ke Pulau Menjangan kecil, snorkling, Menjangan Besar, Penangkaran Hiu, Pulang ke Hotel
Pukul 19.00 WIB Makan malam
HARI III Minggu : KARIMUNJAWA JEPARA ( Mp/Ms )
Pukul 05.00 WIB Bila bangun pagi bisa ke pasar pagi, untuk melihat aktivitas masyarakat di pasar (sambil jalan pagi)
Pukul 06.30 WIB Makan pagi, siap2 dan packing
Pukul 07.30 WIB Bersama ke Pelabuhan
Pukul 08.00 WIB Kapal Ferry Muria di berangkatkan Acara selesai
PERBEDAAN ANTARA "DUTA KARIMUN BACKPACKER" DG YG LAIN ADALAH :KAMI TIDAK HARUS MENUNGGU ROMBONGAN BERKUMPUL BANYAK, BERAPAPUN JUMLAHNYA PASTI BISA BERANGKAT, KARENA KANTOR KAMI BERADA DI KARIMUNJAWA
http://www.dutakarimun.com
Minggu, 05 Desember 2010
Trip ke Baduy Dalam - Banten 24-26des 2010
Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy. Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak
Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau “orang Kanekes” sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).
Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.
Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai ‘Tatar Sunda’ yang cukup minim keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Baduy yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Baduy sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.
Van Tricht, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada tahun 1928, menyangkal teori tersebut. Menurut dia, orang Baduy adalah penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap pengaruh luar (Garna, 1993b: 146). Orang Baduy sendiri pun menolak jika dikatakan bahwa mereka berasal dari orang-oraang pelarian dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut Danasasmita dan Djatisunda (1986: 4-5) orang Baduy merupakan penduduk setempat yang dijadikan mandala’ (kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena penduduknya berkewajiban memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha. Kebuyutan di daerah ini dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau ‘Sunda Asli’ atau Sunda Wiwitan (wiwitann=asli, asal, pokok, jati). Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda Wiwitan. Raja yang menjadikan wilayah Baduy sebagai mandala adalah Rakeyan Darmasiksa.
Bahasa & mata Pencaharian
Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, maka mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.
Penduduk asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian timur Provinsi Jawa Barat). Namun demikian, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglangmenggunakan Bahasa Sunda Campuran Sunda Kuno, Sunda Modern dan Bahasa Indonesia, di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia.
Mitos & Kepercayaan
Ada versi lain dari sejarah suku baduy, dimulai ketika Kian Santang putra prabu siliwangi pulang dari arabia setelah berislam di tangan sayyidina Ali. Sang putra ingin mengislamkan sang prabu beserta para pengikutnya. Di akhir cerita, dengan ‘wangsit siliwangi’ yang diterima sang prabu, mereka berkeberatan masuk islam, dan menyebar ke penjuru sunda untuk tetap dalam keyakinannya. Dan Prabu Siliwangi dikejar hingga ke daerah lebak (baduy sekarang), dan bersembunyi hingga ditinggalkan. Lalu sang prabu di daerah baduy tersebut berganti nama dengan gelar baru Prabu Kencana Wungu, yang mungkin gelar tersebut sudah berganti lagi. Dan di baduy dalamlah prabu siliwangi bertahta dengan 40 pengikut setianya, hingga nanti akan terjadi perang saudara antara mereka dengan kita yang diwakili oleh ki saih seorang yang berupa manusia tetapi sekujur tubuh dan wajahnya tertutupi oleh bulu-bulu laiknya monyet.dan ki saih ini kehadirannya di kita adalah atas permintaan para wali kepada Allah agar memenangkan kebenaran.
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari ‘pikukuh’ (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep “tanpa perubahan apapun”, atau perubahan sesedikit mungkin:
“Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.”
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)
Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.
Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya puun yang merupakan ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a). Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam
Pembagian Suku Baduy
Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka. Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik). Ciri khas Orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Kelompok masyarakat panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar, yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Apabila Baduy Dalam dan Baduy Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka “Baduy Dangka” tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar (Permana, 2001).
Baduy Luar
Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di baduy luar dan baduy dalam itu hampir sama, tetapi baduy luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy dalam.
Penyebab
1. Mereka telah melanggar adat masyarakat Baduy Dalam.
2. Berkeinginan untuk keluar dari Baduy Dalam
3. Menikah dengan anggota Baduy Luar
Ciri Ciri :
- Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik, meskipun penggunaannya tetap merupakan larangan untuk setiap warga Baduy, termasuk warga Baduy Luar. Mereka menggunakan peralatan tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pengawas dari Baduy Dalam.
- Proses Pembangunan Rumah penduduk Baduy Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Baduy Dalam.
- Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
- Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.
- Mereka tinggal di luar wilayah Baduy Dalam.
Baduy Dalam
Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy. Tidak seperti Baduy Luar, warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka.
Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Baduy Dalam antara lain:
- Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
- Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
- Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Puun)
- Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
- Menggunakan Kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.
Baduy & masyarakat indonesia
Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat), melalui bupati Kabupaten Lebak. Di bidang pertanian, penduduk Baduy Luar berinteraksi erat dengan masyarakat luar, misalnya dalam sewa menyewa tanah, dan tenaga buruh.
Perdagangan yang pada waktu yang lampau dilakukan secara barter, sekarang ini telah mempergunakan mata uang rupiah biasa. Orang Kanekes menjual hasil buah-buahan, madu, dan gula kawung/aren melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.
Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes semakin meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap satu malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat-istiadat yang berlaku di sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Baduy Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai. Namun demikian, wilayah Kanekes tetap terlarang bagi orang asing (non-WNI). Beberapa wartawan asing yang mencoba masuk sampai sekarang selalu ditolak masuk.
Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, orang Baduy juga senang berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan syarat harus berjalan kaki. Pada umumnya mereka pergi dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah datang ke Baduy sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.
(Sumber dari wilkipedia)
Trip ke Baduy dalam 24-26des 2010:
Jum’at/24 Des 2010 :
- Pukul 07:30 : Berangkat dari Jakarta
- Pukul 11:00 : Sampai di Pasar Rangkasbitung
- Pukul 12 – 13 : Makan Siang di RM di rangkas bitung
- Pukul 15:00 : Sampai di Parigi
- Pukul 15:30 – 17 : 00 : tiba di kampung Baduy Dalam, desa Cikeusik dan menginap disini
Sabtu/ 25 Des 2010 :
- Pukul 08:00 – 12:00 : Keliling wilayah Baduy, tiba di desa Cipaler dan makan siang disini
- Pukul 13:00 – 15:00 : Tiba di Gajeboh, Desa
Baduy Luar
- Pukul 15 ; 00 – 16:00 : Keliling desa Gajeboh, dan
menginap di desa ini
Minggu/ 26 Des 2010 :
- 09 :00 – 10:00 : Menuju Ciboleger untuk perjalanan pulang.
- 11 :00 – 12:00 : Makan Siang di Rangkasbitung
-12:00 – 15:00 : Tiba di Jakarta kembali.
Estimasi Biaya Rp 220ribu (USD 25):
* tiket kereta api : tanah abang-rangkas bitung Rp. 4000
* naik angkot rangkas-aweh Rp.4000
* ada 2 option untuk ke cobleger nya. naik bus atau sewa elf
* klo naik bus (seperti perkiraan cost chipitz) Rp. 12000
* klo sewa elf kira2 bisa Rp.300000
* masuk ke tempat baduy nya Rp.2000
itu baru transportasinya
belum makan2 nya plus oleh2 suku baduy lho
Perlengkapan Peserta :
1.Tas Ransel / Daypack
2.Raincoat / Jas Hujan / Payung, topi biasa / rimba / Bandana, dan sunblock .
3.Perlengkapan MCK dan tidur (kupluk, sarung tangan, kaos kaki, baju hangat).
4.Disarankan menggunakan Sepatu.
5.Snack, tempat minum /Aqua botol (min 2 Botol).
6.Disarankan menggunakan celana panjang / pendek rimba (non jeans).
7.Obat2 pribadi dan senter (wajib).
Peraturan yg harus di taati :
1.Dilarang memakai / menggunakan NARKOBA / SAJAM.
2.Dilarang memotret dan menggunakan alat2 MCK / bahan2 kimia di area Baduy Dalam.
3.Dilarang Membuang sampah sembarangan.
4.Dilarang membawa Gitar dan membuat gaduh.
5.Peserta wajib mentaati saran dan petunjuk Guide.
6.Peserta wajib menjaga barang bawaan sendiri kalau hilang jangan nangis
Hubungi Antie 0819697595
Sawarna - Banten (17-19des 2010)
Bagi yang mau Ikut Trip Backpacker ke Sawarna - Lebak, Banten
Tujuan Wisata :
- kampung cikaung
- goa lalay
- bukit cimonyet
- pengolahan gula kelapa (siapa tau bisa beli beberapa)
- pantai lagun pari
- karang teraje
- karang palistir
- karang layar
- Pantai ciantir
Semua Biaya Hanya Rp 270ribu (USD 30)
Hubungi di YM: octa_os@yahoo.com
Tujuan Wisata :
- kampung cikaung
- goa lalay
- bukit cimonyet
- pengolahan gula kelapa (siapa tau bisa beli beberapa)
- pantai lagun pari
- karang teraje
- karang palistir
- karang layar
- Pantai ciantir
Semua Biaya Hanya Rp 270ribu (USD 30)
Hubungi di YM: octa_os@yahoo.com
Langganan:
Postingan (Atom)